Get snow effect
inidiablog-nya -_-"

Promosikan Halaman Anda Juga

Rabu, 02 Maret 2011

waria ya waria

Waria adalah akronim dari wanita pria. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, memiliki arti "pria yang bertingkah laku dan atau memiliki perasaan seperti wanita". Ada dua padanan kata ini, yaitu (1) wadam, hawa dan adam dan (2) banci. Ketiga definisi kata tersebut menunjuk pada satu keadaan yang sama, yaitu seorang berjenis kelamin pria yang merasa dirinya wanita.

Fenomena waria kerap muncul di kota metropolitan. Seperti di Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, atau Mataram. Beberapa waria pun eksis dan berbaur dengan lingkungan masyarakat. Ada yang buka usaha salon kecantikan/rias pengantin, ada yang buka usaha restoran, atau membuka usaha jahit, dan sebagainya. Dalam hal komunitas, mereka pun sering "unjuk gigi", misalnya mengadakan kontes kecantikan "miss waria" di tempat-tempat eksklusif; di hotel mewah, atau di cafe.

Beberapa bulan lalu, saya kurang tahu kapan waktu persisnya, sebuah televisi swasta nasional mengadakan program unik yang diberi nama "Be a Man", menjadi pria. Sebuah acara semacam games atau audisi untuk menjadi pria. Sasaran show tersebut adalah waria. Dalam acara tersebut, para pesertanya di push dengan aktivitas maskulin. Tapi –ini yang rada membingungkan dari acara tersebut, malah "dimentahkan" dengan reward yang sangat feminin; manicure-pedicure, creambath, facial, spa, dan sejenisnya.

Setidaknya, ada semacam "angin segar" di komunitas waria dengan adanya fasilitas seperti itu. Tampil di televisi, bebas berekspresi, dan dilihat banyak orang. Satu pesan yang dapat ditangkap dari acara itu, "Jangan lagi malu dikatakan bukan laki-laki". Hanya saja, program di televisi itu sekadar tayangan komersial (tidak jelas tujuan akhir dari acara tersebut).

Salah satu alasan yang menjadi tedeng aling-aling fenomena "metamorfosis gender" ini adalah takdir Tuhan. Ini menjadi perdebatan yang nyaris berpangkal pada sebuah kesimpulan bahwa mereka tidak ingin disalahkan atas kondisinya. Waria bukanlah keinginan mereka melainkan kehendak Tuhan.

Sementara itu, ada sudut pandang berbeda dalam memandang waria. Kondisi waria merupakan trend "penyakit" masyarakat hedonis. Alasannya, motivasi yang mendominasi munculnya "metamorfosis gender" tersebut lebih ke arah ekonomis. Parahnya, didominasi praktek prostitusi komersil, pelacuran.

Nyaris seperti kisah kehidupan kaum hedonis di zaman Nabi Luth alaihis-salam, yang disampaikan di kitab suci umat muslim al-Quran, zaman di mana sebelum-belumnya tak pernah ada kejadian laki-laki yang menyalurkan hasrat seksualnya kepada sesama laki-laki (al-Qur’an surat al-A’raaf—surat ke-7, ayat 80—81).

Komunitas waria boleh menolak anggapan dan dalil/postulat agama di atas. Boleh. Itu berarti perdebatan belum akan usai. Mereka telanjur eksis di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

dimana yaaaa ni blog?????