Tugas 1
Bahasa Indonesia 2
Pemanfaatan NLP (Neuro Language
Programing)
ARIF PRAYOGO
11110079
3KA02
LATAR BELAKANG PENELITIAN
Perbedaan fisik, seperti bentuk wajah
dan tubuh adalah sejumlah fitur pembeda yang paling umum digunakan manusia
untuk membedakan identitas. Seiring dengan perkembangan zaman, manusia
memerlukan suatu metode pengidentifikasian yang secara mutlak dapat diaplikasikan sebagai alat pembeda identitas
(Sarwono, 2009).
Salah satu metode yang diterapkan dalam hal ini adalah penerapan frekuensi
formant. Pada dasarnya formant merupakan salah satu elemen kebahasaan yang
bersifat dinamis. Fant (1960) mendefinisikan frekuensi formant sebagai puncak
spektral spektrum bunyi. Frekuensi ini di sebut P(F) atau formants. Fant (1960)
menyatakan bahwa formants berkaitan dengan frekuensi resonansi organ-organ
bunyi suara yang dimiliki. Oleh karena itu, frekuensi formant yang dihasilkan
oleh setiap manusia tidak pernah sama satu dengan yang lain.
TUJUAN PENELITIAN
Menemukan dan membandingkan nilai
frekuensi formant dan secara spesifik nilai formant dari central frequency bunyi bahasa.
Menemukan pola-pola frekuensi formant
yang dimiliki suara.
TARGET PENELITIAN
1. Penutur bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris.
2. Tinggal dalam lingkungan pengguna bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris.
3. Intensitas penggunaan bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris cukup
tinggi.
4. Usia 25 – 30 tahun.
5. Masih memiliki artikulator yang
lengkap.
Responden yang merupakan sampel dalam
penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik simple random sampling
(sampel acak sederhana). Seluruh responden merupakan staf pengajar pada Jurusan
Budaya dan Bahasa Inggris di Universitas Bunda Mulia, Jakarta.
METODE PENELITIAN
1.Tipe Penelitian
Tipe
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen
yang dikaji secara kuantitatif. Pengkajian secara kuantitaif dilakukan penulis
dengan melakukan pengujian secara matematis
atas data-data yang menjadi subjek penelitian. Melalui perhitungan matematis
ini, penulis mencoba
menggambarkan suatu implikasi yang dapat digunakan dalam ranah linguistik
forensik.
2. Objek Penelitian
Objek
penelitian ini adalah 10 orang responden.
HASIL PENELITIAN
Dari setiap bunyi yang dihasilkan akan
dicari nilai formant. Bunyi-bunyi yang dihasilkan dianalisis dengan menggunakan
SPSS versi 17.0. Dengan menggunaan program tersebut penulis mencari standard
deviation dari frekuensi-frekuensi formant yang dikandung bunyi. Melalui
standard deviation (simpangan baku) dapat dihitung dan ditentukan tingkat
penyimpangan untuk suatu kelompok bunyi secara keseluruhan. Penyimpangan yang
dimaksud digunakan sebagai parameter pembeda identitas. Oleh karena itu
pengolahan data dibatasi pada pencarian nilai formant dan sifatsifat yang
dikandung oleh frekuensi frekuensi formant.
KESIMPULAN PENULISAN
Bunyi yang dihasilkan memiliki nilai
formant yang tidak pernah sama. Hal ini membuktikan bahwa nilai formant yang
dihasilkan oleh setiap orang tidak sama walaupun orang - orang tersebut
memproduksi bunyi yang sama. Di samping itu, penulis juga menemukan bahwa bunyi
yang disampaikan oleh orang yang sama juga tidak memiliki nilai formant yang
sama. Berkaitan dengan hal ini, penulis mencari batas toleransi nilai formant
yang dapat diterima sebagai penanda identitas. Dalam hal ini, penulis mencari
simpangan baku maksimum atas sejumlah bunyi bahasa yang sama dan diproduksi
oleh orang yang sama.
SARAN PENULIS
Sejalan dengan pemaparan yang
disampaikan pada teknik pengumpulan data sebelumnya, penulis menemukan bahwa
perbedaan bahasa mempengaruhi proses analisis. Oleh karena itu, perbandingan
bunyi dalam proses identifikasi dan verifikasi sebaiknya dilakukan antarbahasa
yang sama. Perbedaan bahasa sumber dan bahasa target dapat mempengaruhi
ketepatan hasil analisis. Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas
dari sejumlah kekurangan. Kesimpulan di atas belum menjawab efektivitas batas
toleransi dalam proses identifikasi dan verifikasi bunyi sumber dan target.
Oleh karena itu, penulis akan terus mengembangkan kajian ini dengan menggunakan
sumber data yang lebih besar dan bervariasi. Berkaitan dengan hal tersebut
penulis juga menemukan bahwa kondisi paralinguistik, seperti kondisi emosional
dan fisik acapkali mempengaruhi
fitur-fitur kebahasaan, hal ini tentulah mempengaruhi pemroduksian bunyi
bahasa. Sejalan dengan hal tersebut, penulis mengharapkan bahwa pengembangan
identifikasi dapat dilaksanakan dengan menggunakan fitur-fitur akustik lainnya
yang tidak dapat dipengaruhi oleh kondisi paralinguistik.
SOFTWARE
SOFTWARE YANG DIGUNAKAN ADALAH PRAAT
PRAAT versi 4.5.14
penulis menemukan batas toleransi yang dapat digunakan sebagai penanda
identitas. Melalui hal ini penulis menggambarkan suatu implikasi yang lebih
lanjut dapat dikembangkan dalam kajian linguistik forensik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dellwo, Volker. Forensic Phonetics.
2003.
2. http://www.phonetiklabor.de/phonetiklabor/Inhalt/Unterrichtsmaterial/PDFs/Forensic
Phonetics.pdf (diakses pada 25 Juli 2011)
3. Fant, G. 1960. Acoustic Theory of
Speech Production. The Hague: Mouton and Co.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus
Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Matthews, Peter. 1997. The Concise
Oxford Dictionary of Linguistics. Oxford: Oxford University
Press.
4. Nolan, et. al. 2006. A Forensic
Phonetic Study of ’Dynamic’ Sources of Variability in Speech: The
DyVis Project. Hal: 13-18.
5. Sarwono, Joko. Suara Manusia: Unik
kah?. 2009. http://jokosarwono.wordpress.com/2009/03/17/suara_manusia_unik_kah/
(diakses pada 25 Juli 2011)
6. Webb, David. 2007. All About Forensic
Science. com.
7.
http://www.all-about-forensic-science.com/all-about-forensic-science-website.html
(diakses pada 25 Juli 2011)